Jumat, 08 Februari 2013

aanak pinter


Banyak caranya. Tapi ada satu hal yang bisa dikatakan paling “ampuh” dari segala hal. Sebenarnya ini cara yang utama . Selebihnya adalah usaha kita untuk bisa membuat anak menjadi anak yang sholeh ataupun sholehah.
Pernah terpikir tidak? Mengapa anak seorang kiai biasanya menjadi kiai lagi? Seorang anak ustadz dan biasanya menjadi ustadz lagi? Salah satu faktornya sih memang sudah terlihat. Karena faktor pendidikan dan lingkunganlah yang membentuknya menjadi seorang pemuka agama nantinya. Betul tidak? Ya, betul.
Tapi sering tidak bertemu dengan anak seorang ustadz/kiai yang nakalnya minta ampun? Pernah ada sebuah cerita, bahwa dulu ada seorang anak sekolah di sebuah pesantren anaknya nakal yang kerjanya mengganggu santri lain, iseng, mencuri, berkelahi, bolos mengaji saat di pondok. Serta nakal dan jahil melekat dalam dirinya.
Tapi justru malah anak nakal itu adalah bapaknya pemimpin pondok. Tapi selang beberapa tahun. Anak yang nakal itu justru menjadi pengganti Bapaknya memimpin santri. Dan dia pun menjadi seorang kiai muda yang disegani karena keluasan ilmu dan kebijaksanaanya. Hebat bukan?
Kita juga bisa lihat dari profilnya Ustad-ustad Indonesia yang sekarang menjadi ustad yang dapat membius masyarakat Indonesia. Kita bisa lihat dari Ust. Arifin Ilham sebelum masuk pesantren dulu yang dikenal anak nakal, suka berkelahi, berjudi, merokok, hingga hendak membakar rumah orang tuanya walaupun dibalik kenalakannya itu adalah seorang anak yang cerdas dan kuat. Ketika itu, orang tuanya dibuat pusing tujuh keliling oleh kenakalannya.
Lain lagi ceritanya dengan Ust. Jefri Al-bukhori. Sebelum menapaki jalan dakwah. Ida sempat menjadi pelanggan setia diskotik, aktivis dunia hiburan, sampai terperosok ke dunia hitam dengan menjadi pecandu berat narkoba sehingga hidupnya menjadi tak karuan dan sangat jauh dari panji-panji islam. Kelakuannya dulu menampakan anomalia. Ketika empat saudaranya menjadi ustadz dan ahli ibadah, dia malah menjadi trouble maker (pembuat masalah)
Kemudian, Ust. Yusuf Masur. Ketika muda dia ugal-ugalan, balapan motor, hingga pernah menginap di penjara. Padahal kalau kita lihat silsilah sejarahnya, dia adalah keturunan seorang ulama ternama dari Tanah Betawi, kiai mansur.
Lalu dengan ustad Ahmad Al-Basyi.? Kehidupannya dihabiskan dengan lingkungan yang sangat islami. Keluarganya dikenal sebagai keluarga Habib yang terhormat. Dunia dakwah menjadi sebagian dari hidupnya. Namun sayangnya ketika kuliah, dia tinggalkan semua itu dan bersama temannya fokus kepada hal-hal yang duniawi. Hampir nyaris saja ia menjadi model nasional. Tapi akhirnya tidak. Dan akhirnya dia kembali kepada dunia dakwah dan giat ke hal-hal yang terfokus dalam akhirat. Oh iya, fakta ini tercatat dari sebuah buku ya. Bukan ngarang-ngarang sendiri. Ini hanya sebagai contoh-contoh saja.
Mengapa mereka bisa berubah? Faktor utamanya adalah “DO’A” orang tuanya yang senantiasa selalu ikhlas mendo’akan anaknya. Do’a-do’a itulah yang menjadikan takdir buruk menjadi takdir baik bagi mereka. Tahukah engkau, do’a itu rintihan jiwa getaran hati!  Allah dengan caranya yang misterius pasti akan mengabulkan do’a hamba-Nya. Salah satunya do’a orang tua terhadap anaknya.
Ya, selain berdo’a kita juga, disisi lain harus mempunyai usaha sendiri dulu. Yaitu dengan menyekolahkan anaknya di sekolah yang islami. Menjadikan suasana keluarga yang islami dan banyak hal lagi. Bersungguh-sungguhlah dan sabar menghadapi rentangan waktu itu. Allah pasti akan mengabulkan jerita hati hamba-Nya yang menjerit memohon uluran tangan sang Robb-nya.  Selama syarat-sayaratnya bisa terpenuhi.
InsyaAllah, mendo’akan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh akan menjadi anak menjadi sholeh di hadapan Allah dan orang-orang yang pernah dikenalinya! Jangan selalu capek-capeknya untuk mendo’akan anak agar menjadi anak yang sholeh/sholehah nantinya yang dapat mengajak kepada kebaikan, memimpin dunia, menjadi generasi yang robbani yang sedang hilang ditelan zaman! Jangan lupa berdo’a sahabat. Indahnya ukhuwah adalah saling mendo’akan satu sama lain. Lebih baik lagi, jika disebut namanya satu per satu. :)

0 komentar: